SERI : LEADERSHIP
DUKA YANG MEMBENTUK KARAKTER SEORANG CHARLIE MUNGER
Charlie Munger dikenal luas sebagai rekan sekaligus “otak kanan” dari Warren Buffett, dua legenda investasi dunia yang membangun kejayaan Berkshire Hathaway. Namun di balik kebijaksanaannya yang terkenal tajam, tersimpan perjalanan hidup yang penuh luka, ujian, dan kebangkitan.
1. Kehilangan yang Tak Terbayangkan
Di usia muda, Munger mengalami pukulan berat — perceraian yang menyakitkan dan kematian anak laki-lakinya yang baru berusia 9 tahun karena leukemia. Ia juga kehilangan penglihatannya di satu mata akibat komplikasi medis. Bagi banyak orang, tragedi seperti itu bisa menghancurkan hidup. Namun Munger justru menjadikannya bahan bakar untuk tumbuh.
“Jika kamu tidak mampu menanggung sedikit penderitaan dalam hidup, maka kamu tidak akan pernah benar-benar memahami arti kebahagiaan,” kata Munger suatu ketika.
2. Fokus pada Apa yang Bisa Diperbaiki
Salah satu prinsip hidup Munger adalah berpikir rasional di tengah kekacauan emosi. Ia belajar menerima hal-hal yang tak bisa diubah, dan mengalihkan energinya pada hal-hal yang masih bisa ia kendalikan — pikirannya, tindakannya, dan keputusan investasinya.
Inilah pelajaran penting: hidup bukan tentang menghindari penderitaan, tetapi bagaimana kita menghadapinya dengan logika dan ketenangan batin.
3. Investasi Terbaik adalah pada Diri Sendiri
Munger sering berkata, “Investasikan lebih banyak pada dirimu sendiri daripada pada saham.”
Ia gemar membaca berjam-jam setiap hari, memperluas wawasan lintas bidang — dari psikologi, hukum, sejarah, hingga sains. Ia percaya pengetahuan lintas disiplin adalah kunci sukses sejati.
Warisan yang ia tinggalkan, yang kini bernilai lebih dari 2 triliun rupiah, bukan sekadar angka, melainkan hasil dari proses panjang berpikir, disiplin, dan karakter.
4. Kesederhanaan dan Integritas
Meski memiliki kekayaan luar biasa, Munger hidup sederhana dan menjunjung tinggi integritas serta etika dalam berbisnis. Ia tidak pernah mencari jalan pintas, melainkan memegang prinsip “berlaku benar meskipun tidak ada yang melihat.”
5. Hikmah yang Bisa Kita Ambil
Hidup Charlie Munger adalah bukti bahwa:
-
Kehilangan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal untuk tumbuh menjadi lebih kuat.
-
Kesabaran dan nalar bisa menyelamatkan kita dari keputusasaan.
-
Kekayaan sejati bukan hanya uang, melainkan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman.
“Setiap hari sedikit lebih bijak dari kemarin — itu sudah cukup,” — Charlie Munger.
Kalimat terakhir diucapkannya adalah merujuk pada Sabda Nabi 1400 tahun lalu yang mengatakan :
Sabda Rasulullah ﷺ tentang Hakikat Perubahan Diri
النَّبِيُّ ﷺ قَالَ:
مَنْ اسْتَوَى يَوْمَاهُ فَهُوَ مَغْبُونٌ، وَمَنْ كَانَ غَدُهُ شَرًّا مِنْ يَوْمِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ فِي زِيَادَةٍ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ، وَمَنْ كَانَ فِي نُقْصَانٍ فَالْمَوْتُ خَيْرٌ لَهُ.
Transliterasi:
Man istawā yaumāhu fahuwa maghbūn, wa man kāna ghaduhu syarran min yaumihi fahuwa mal‘ūn, wa man lam yakun fī ziyādah fahuwa fī nuqṣān, wa man kāna fī nuqṣān fal-mawtu khairun lah.
Artinya:
“Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang merugi.
Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarinnya, maka ia terlaknat.
Barangsiapa yang tidak bertambah (kebaikannya), maka sesungguhnya ia berkurang.
Dan barangsiapa yang terus berkurang, maka kematian lebih baik baginya.”
(Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu‘abul Īmān, no. 10257)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar