Senin, 17 November 2025

 SELF  LEADERSHIP  FOR ULTIMATE GOALS

Ketika Merasa Tersesat, Sesungguhnya Kamu Sedang Dituntun


Banyak orang merasa jauh dari Allah hanya karena hidup tidak mudah.
Padahal bisa jadi justru di masa itu Allah sedang mendekatkanmu.

Bagaimana mungkin?

Karena jika hidup terlalu nyaman, kita cenderung lupa.
Jika hidup selalu mulus, kita cenderung merasa tidak perlu berdoa.
Jika semua keinginan terpenuhi, kita cenderung merasa bisa mengatur hidup sendirian.

Allah sesekali mengguncang hidup kita bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membangunkan.
Agar kita kembali sadar siapa yang memegang kendali.

Seperti seorang ayah yang menarik lembut tubuh anak kecil ketika ia berjalan ke arah yang salah, Allah pun menarik kita dengan cara-Nya sendiri. Kadang kita merasakan sakit, kadang kecewa, kadang tersesat, tetapi arah itu membawa kita menjauhi bahaya yang tidak kita ketahui.

Kita tidak melihat masa depan, tapi Allah melihat seluruh perjalanan kita dari awal hingga akhir.
Karena itu, ketika hidup terasa gelap, bukan berarti kita tidak dituntun. Kita justru sedang diarahkan ke cahaya yang lebih besar

Mari kita jujur: siapa di dunia ini yang imannya tidak pernah goyah?


Bahkan para sahabat memiliki masa-masa gelisah.
Bahkan para nabi pernah merasa sedih.
Bahkan Rasulullah ﷺ menangis, berduka, dan memohon pertolongan.

Iman bukan garis lurus. Ia naik dan turun. Ia tumbuh dan menyusut. Ia hidup dan bergerak seiring ujian yang datang. Karena itu, ukuran iman bukanlah rasa, tetapi keputusan.

· Ketika kamu tetap shalat meski berat—itu iman.

· Ketika kamu tetap berdoa meski tidak tahu hasilnya—itu iman.

· Ketika kamu tetap melangkah meski hati rapuh—itu iman.

· Ketika kamu tetap percaya meski tidak melihat jalan—itu iman.

Allah tidak meminta manusia menjadi malaikat. Dia tahu kita lemah, tahu kita terbatas, tahu kita sering salah langkah.

Yang Allah minta hanya satu: jangan putus hubungan. Jangan berhenti kembali kepada Allah.

Shalatmu, walau kadang tanpa khusyuk, adalah tanda bahwa kamu masih terhubung. Doamu, walau pendek dan terbata-bata, adalah jembatan yang menghubungkanmu kepada-Nya. Keyakinanmu, walau hanya sebutir debu, lebih berharga daripada ratusan strategi yang tidak melibatkan Allah.

Pertolongan Allah datang bukan karena kamu sempurna, tetapi karena kamu tidak menyerah.

........................................................Tetap  Optimis ......................................................

www.pt-afiralintaspersada.web.id


 


Selasa, 11 November 2025

 SERI  :  LEADERSHIP

DUKA YANG MEMBENTUK KARAKTER SEORANG CHARLIE MUNGER

Charlie Munger dikenal luas sebagai rekan sekaligus “otak kanan” dari Warren Buffett, dua legenda investasi dunia yang membangun kejayaan Berkshire Hathaway. Namun di balik kebijaksanaannya yang terkenal tajam, tersimpan perjalanan hidup yang penuh luka, ujian, dan kebangkitan.

1. Kehilangan yang Tak Terbayangkan

Di usia muda, Munger mengalami pukulan beratperceraian yang menyakitkan dan kematian anak laki-lakinya yang baru berusia 9 tahun karena leukemia. Ia juga kehilangan penglihatannya di satu mata akibat komplikasi medis. Bagi banyak orang, tragedi seperti itu bisa menghancurkan hidup. Namun Munger justru menjadikannya bahan bakar untuk tumbuh.

“Jika kamu tidak mampu menanggung sedikit penderitaan dalam hidup, maka kamu tidak akan pernah benar-benar memahami arti kebahagiaan,” kata Munger suatu ketika.

 

2. Fokus pada Apa yang Bisa Diperbaiki

Salah satu prinsip hidup Munger adalah berpikir rasional di tengah kekacauan emosi. Ia belajar menerima hal-hal yang tak bisa diubah, dan mengalihkan energinya pada hal-hal yang masih bisa ia kendalikan — pikirannya, tindakannya, dan keputusan investasinya.

Inilah pelajaran penting: hidup bukan tentang menghindari penderitaan, tetapi bagaimana kita menghadapinya dengan logika dan ketenangan batin.

3. Investasi Terbaik adalah pada Diri Sendiri

Munger sering berkata, “Investasikan lebih banyak pada dirimu sendiri daripada pada saham.”
Ia gemar membaca berjam-jam setiap hari, memperluas wawasan lintas bidang — dari psikologi, hukum, sejarah, hingga sains. Ia percaya pengetahuan lintas disiplin adalah kunci sukses sejati.

Warisan yang ia tinggalkan, yang kini bernilai lebih dari 2 triliun rupiah, bukan sekadar angka, melainkan hasil dari proses panjang berpikir, disiplin, dan karakter.

4. Kesederhanaan dan Integritas

Meski memiliki kekayaan luar biasa, Munger hidup sederhana dan menjunjung tinggi integritas serta etika dalam berbisnis. Ia tidak pernah mencari jalan pintas, melainkan memegang prinsip “berlaku benar meskipun tidak ada yang melihat.”

5. Hikmah yang Bisa Kita Ambil

Hidup Charlie Munger adalah bukti bahwa:

  • Kehilangan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal untuk tumbuh menjadi lebih kuat.

  • Kesabaran dan nalar bisa menyelamatkan kita dari keputusasaan.

  • Kekayaan sejati bukan hanya uang, melainkan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman.

“Setiap hari sedikit lebih bijak dari kemarin — itu sudah cukup,” — Charlie Munger.

Kalimat  terakhir diucapkannya adalah merujuk pada Sabda Nabi 1400 tahun lalu yang mengatakan :  

Sabda Rasulullah ﷺ tentang Hakikat Perubahan Diri

النَّبِيُّ ﷺ قَالَ:

مَنْ اسْتَوَى يَوْمَاهُ فَهُوَ مَغْبُونٌ، وَمَنْ كَانَ غَدُهُ شَرًّا مِنْ يَوْمِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ فِي زِيَادَةٍ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ، وَمَنْ كَانَ فِي نُقْصَانٍ فَالْمَوْتُ خَيْرٌ لَهُ.

Transliterasi:
Man istawā yaumāhu fahuwa maghbūn, wa man kāna ghaduhu syarran min yaumihi fahuwa mal‘ūn, wa man lam yakun fī ziyādah fahuwa fī nuqṣān, wa man kāna fī nuqṣān fal-mawtu khairun lah.

Artinya:

“Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang merugi.
Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarinnya, maka ia terlaknat.
Barangsiapa yang tidak bertambah (kebaikannya), maka sesungguhnya ia berkurang.
Dan barangsiapa yang terus berkurang, maka kematian lebih baik baginya.”
(Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu‘abul Īmān, no. 10257)


Charlie  Munger 
Lahir: 1 Januari 1924
Meninggal: 28 November 2023