Rabu, 02 Juli 2025

 

Iran: Ketangguhan yang Lahir dari Tekanan dan Keterbatasan

Dalam pusaran tekanan geopolitik dan sanksi ekonomi internasional yang tiada henti, Iran justru menunjukkan ketangguhan yang patut menjadi pelajaran bagi dunia. Negara ini membuktikan bahwa dari keterbatasan bisa lahir kejeniusan, dan dari tekanan bisa tumbuh kreativitas.

Selama puluhan tahun, Iran berada dalam bayang-bayang embargo dan sanksi ekonomi, terutama dari negara-negara Barat. Akses terhadap teknologi tinggi, sistem perbankan internasional, dan perdagangan global dibatasi. Namun alih-alih menyerah, Iran mengalihkan fokusnya ke dalam negeri: membangun kekuatan dari sumber daya manusianya sendiri.

Basis Pendidikan yang Kuat: 39% Penduduk Lulusan STEM

Salah satu fondasi utama ketangguhan Iran adalah investasinya pada pendidikan, khususnya di bidang Science, Technology, Engineering, and Math (STEM). Sekitar 39% dari lulusan perguruan tinggi di Iran berasal dari jurusan STEM, menjadikannya salah satu negara dengan proporsi lulusan teknik dan sains tertinggi di dunia.

Hal ini menjadikan Iran tidak kekurangan tenaga ahli, baik dalam bidang riset, pengembangan teknologi militer, hingga energi nuklir. Dalam berbagai aspek, kemajuan Iran dalam rekayasa teknologi menunjukkan bagaimana pendidikan bisa menjadi benteng utama bangsa dalam menghadapi keterbatasan eksternal.

Di bawah tekanan sanksi, Iran terpaksa membangun ekosistem teknologinya sendiri. Mereka mengembangkan industri dalam negeri, memproduksi mobil, peralatan medis, teknologi informasi, bahkan satelit secara mandiri. Negara ini berhasil meluncurkan satelit buatan sendiri ke orbit, dan mengembangkan teknologi nuklir yang mengundang kekhawatiran dan kekaguman sekaligus dari dunia internasional.

Iran juga tumbuh sebagai salah satu pemain utama dalam pengembangan drone militer dan sistem pertahanan mandiri. Semua ini lahir bukan dari kelimpahan, tapi dari keterpaksaan untuk bertahan dan berkembang dalam isolasi.

Ilmuwan sebagai Target, Tapi Ilmu Tidak Mati

Dalam konflik berkepanjangan, khususnya dengan Israel, Iran juga mengalami kehilangan besar—sejumlah ilmuwan top mereka menjadi sasaran pembunuhan. Meski begitu, tradisi keilmuan dan riset terus dilanjutkan. Para ilmuwan muda muncul menggantikan yang gugur, membuktikan bahwa semangat keilmuan tak bisa dibungkam oleh kekerasan.

Kepemimpinan yang Berintegritas dan Dukungan Rakyat

Namun semua pencapaian ini tidak lepas dari faktor kepemimpinan. Ketangguhan sebuah bangsa dalam menghadapi tekanan eksternal sangat bergantung pada tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya. Di saat pemimpin memiliki integritas, ketulusan visi, dan kesediaan berkorban demi rakyatnya, maka rakyat pun rela menderita bersama demi kemandirian dan martabat bangsa.

Iran, dengan segala kontroversinya, telah membuktikan bahwa kemandirian nasional bukanlah sekadar slogan. Mereka menjadikannya sebagai prinsip hidup yang diperjuangkan, meski harus membayar dengan harga mahal.

Pelajaran dari Iran menunjukkan bahwa bangsa yang besar bukanlah bangsa yang tidak pernah menghadapi tantangan, tetapi bangsa yang mampu berdiri tegar dalam badai, dan justru menjadi lebih kuat karenanya. Untuk negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kisah Iran bisa menjadi refleksi: bahwa investasi terbesar adalah pada manusia, dan bahwa keterbatasan bukanlah akhir, tetapi justru awal dari kreativitas dan kebangkitan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar